
Pernahkah Anda melihat berita di media online seperti detik.com atau kompas.com dengan tulisan 'sponsored' atau 'promoted'? atau Anda juga pernah melihat instagram stories dari suatu produk/jasa yang bahkan Anda tidak follow, juga bertuliskan 'sponsored? Jika Ya, berarti Anda sedang melihat Native Advertising.
Native advertising adalah iklan gaya baru di ranah media digital. Ia tidak seperti iklan digital pada umumnya, atau sekarang bisa disebut iklan digital tradisional, seperti banner ads atau pop-up ads.
Native advertising adalah iklan yang bentuk dan iklannya menyerupai konten di mana pengiklan ingin memasangnya di media online seperti website atau media sosial. Itulah mengapa, native ads di media online seperti portal berita maka native ads akan menyerupai berita. Perbedaannya adalah tulisan 'sponsored' di atas judul berita.
Sepintas native ads ini memiliki kesamaan dengan advertorial. Namun, native ads memiliki keunikan, mengikuti 'nature' media online, di mana Headlinenya harus atraktif. Pada advertorial, judul dan kontennya adalah satu kesatuan baik di majalah ataupun di surat kabar. Pada media online, native ads sama halnya dengan berita-berita yang terdapat pada kolom utama yang hanya memuat headline, gambar pendukung, dan kalimat lead yang menjadi 'bridge' pada konten selengkapnya. Ketika pembaca tertarik, maka konten 'teaser' ini kemudian dapat diklik. Ketika mengklik native ads, pembaca dapat melihat konten lengkap pada sub page media online (Native-In) atau di website produk/jasa yang memasang native ads tersebut (Native-Out).
Pada media sosial, native ads juga menyerupai dengan konten induknya. Media sosial Instagram misalnya, konten native ads akan dapat dilihat pada post maupun stories. Biasanya kita akan melihat native ads ini setiap 8 (delapan) post dan stories Instagram. Cirinya juga sama, terdapat tulisan 'sponsored' di pojok kiri atas untuk membedakan native ads dengan post dan stories baik foto maupun video.
